YayBlogger.com
BLOGGER TEMPLATES

Sabtu, 03 November 2012

Solusi Air Bersih Belawan

Jumat, 15 Mei 2009

Program 5 tahun Solusi Air Bersih

Seperti diketahui, Program air bersih di Belawan adalah program yang merupakan proyek percontohan nasional untuk penanggulangan air bersih bagi masyarakat miskin kota di Indonesia. Keberhasilan proyek ini akan segera di replikasi secara nasional di beberapa kota besar di Indonesia oleh Departemen Pekerjaan Umum. Solusi air bersih merupakan salah satu hajat beberapa komponen yang peduli akan sanitasi dan solusi hidup bersih dan layak konsumsi. Apa yang diterapkan dalam program air bersih di kawasan Medan Belawan merupakan terobosan yang merubah pola hidup masyarakat yang kumuh menjadi tereliminir semua kondisi yang dihadapi. Baik sanitasi atau pun sulitnya air bersih.

Di Medan sendiri, keberhasilan proyek pengadaan air bersih bagi masyarakat miskin kota ini akan ditindaklanjuti setiap tahunnya, dengan menelisik wilayah yang membutuhkannya. Hal itu tergambar jelas dalam Rencana Investasi Pembangunan Jangka Menengah (RIPJM) Untuk Sanitasi 2009 – 2013 Kota Medan. Setiap tahunnya, pemerintah kota akan meningkatkan akses air bersih bagi masyarakat miskin kota sebanyak 3.500 sambungan.

Rencana tersebut telah disetujui dan dikukuhkan bersama antara Pemko Medan melalui Dinas Perumahan dan Permukiman, PDAM Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara dan USAID ESP. Mekanisme implementasi RPIJM Air Bersih untuk MBR ini dituangkan kedalam APBD Kota Medan kemudian dianggarkan melalui dinas teknis terkait seperti Dinas Perumahan dan Permukiman. Kemudian dilaksanakan sesuai dengan mekanisme dan peraturan yang berlaku.

Menurut Juliansyah, Manager Program Water Dan Sanitasi ESP, kalau program sanitasi dan air bersih yang dijalankan ESP adalah dengan menggalang kerjasama para pihak seperti, Pemko Medan dan perusahaan air minum (PDAM Tirtanadi) untuk merealisir kebutuhan masyarakat miskin kota akan sarana air bersih. Kerjasama ini mrupakan tali sambung raa pihak pemerintah dengan warganya sebagai pembangunan berkelanjutan. ”Program ESP memang memfokuskan kepada masalah sanitasi dan pola hidup sehat dengan air bersih,”katanya.

Tahapan pelaksanaan teknisnya, lanjut Juliansyah, adalah melalui kerjasama dengan PDAM Tirtanadi, USAID ESP dan pihak terkait lainnya yang diawali dengan pemetaan lokasi, survei sosial dan teknis, serta penyiapan masyarakat. Lalu ditindaklanjuti dengan pekerjaan konstruksinya.

Untuk air bersih bagi masyarakat miskin kota ini, PDAM Tirtanadi melakukan program subsidi. Di mana biaya produksi air minum PDAM Tirtanadi sebesar Rp. 2,000/m3, namun untuk tariff kepada masyarakat miskin dalam program ini akan dikenakan dengan tariff sosial sebesar Rp. 690/m3. Sementara itu, di sisi lain Pemko Medan secara konsisten tetap menganggarkan pada APBD Kota Medan untuk perpipaan kepada 3,500 kepala keluarga miskin di tahun 2009 hingga 2013.

“Kalau di 2008 kami menyiapkan dana Rp 2,5 milyar, tahun 2009 ini kami menyiapkan dana sekitar Rp 3 milyar untuk penyediaan akses air bersih di Medan,” kata Pejabat Walikota Medan, Drs Affifuddin Lubis dalam pertemuan dengan USAID ESP, PDAM Tirtanadi, Dinas Perkim Kota Medan, World Bank dan Kedutaan Belanda di Kantor Kota usai Soft Launching Pengelolaan Air Bersih Berbasis Masyarakat di Belawan, beberapa waktu lalu.

Secara terpisah, Direktur PDAM Tirtanadi Medan, Effendy Syahril Pasaribu menyebutkan pihaknya berharap dalam kurun 2 hingga 3 tahun ke depan target Millenium Development Goals (MDG) untuk Kota Medan sudah tercapai. “Saat ini sambungan air bersih bagi masyarakat Medan sudah mencapai 78%. Mudah-mudahan dengan dukungan dan bantuan berbagai pihak serta RIPJM 2009-2013 yang telah disepakati, 2 hingga 3 tahun target 80% penduduk kota memiliki akses air bersih telah tercapai,” tegas Efendy.

15 Mei 2009

Bambang Soedjiartono/Belawan

Meretas Mimpi Nikmatnya Air Bersih

Feature

Suasana Lingkungan Berjaya, Kelurahan Bagan Deli, Kecamatan Medan Belawan, Kota Medan (18 km sebelah timur wilayah Medan), pukul 12.00 wib, panas udara laut, Selasa kemaren,12/5, layaknya pemukiman kumuh tampak jorok dan jauh dari kesan lingkungan sehat. Umumnya, bangunan perumahan yang tak beraturan berada diatas areal rawa-rawa yang kebanyakan dihuni oleh para nelayan, buruh pelabuhan dan pegawai kecil lainnya. Selain tidak higienis, polusi lingkungan pelabuhan, kesulitan akan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari, menjadi kendala dan menyulitkan kehidupan dan roda perekonomian masyarakat setempat.

Puluhan tahun telah berlangsung kehidupan yang miskin, masyarakat mengalami kesulitan air bersih dan kebutuhannya dipasok oleh beberapa pemodal di kawasan itu, dengan membangun sumur bor untuk disewakan jam-jaman kepada warga setempat. Untuk menyewa sumur bor yang dipasok dan dialirkan ke setiap rumah, per jamnya warga harus mengeluarkan biaya sekitar Rp. 4000,- dengan menggunakan listrik sendiri. Padahal, setiap harinya, kebutuhkan masyarakat per kepala keluarga untuk air bersih sekitar 1500 liter, yang hanya digunakan untuk kepentingan air minum dan memasak. Untuk kebutuhan mandi dan lainya, umumnya masih menggunakan air payau rawa-rawa.

Pengeluaran untuk kebutuhan akan air bersih ini menjadi topik utama warga setempat selama kurun waktu panjang. Biaya kebutuhan air dan biaya listrik sangat terasa membebani perekonomian kaum marginal ini dari waktu ke waktu. Inilah menjadi kebutuhan pokok yang harus dikeluarkan setiap harinya. Sampai akhirnya, perubahan ini terjadi ketika upaya yang dirintis setahun lalu menjadi kenyataan. Kerjasama Pemko Medan dengan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtanadi dan USAID-Environmental Services Program (ESP) dan beberapa LSM, yang merealisir melalui kerjasama selama setahun terakhir dipersiapkan telah menjadi kenyataan dan tidak lagi sekedar mimpi panjang.

Alhasil, setelah menunggu setahun dari realisir bentuk kerjasama akan kebutuhan air bersih, tersalurkanlah sebanyak 3.543 sambungan pipa air minum yang dipasok PDAM Tirtanadi untk menyegarkan rumah tangga miskin di Belawan dan mulai mengalir ke rumah-rumah. Tak terkirakan luapan kegembiraan yang luar biasa terpancar dari wajah-wajah para ibu dan anak-anak di salah satu kelurahan padat dan kumuh Kota Medan itu. Bagaikan anak yang sangat menantikan hadiah dari orangtuanya, luapan gembira diungkapkan dengan sibuknya mereka bermain air dan membuka krannya. Mulai sekedar mencuci muka sampai menampungnya. Sampai sekarang pemandangan itu masih terasa dan sepertinya masih menikmati air bersih yang selama ini hanya mimpi. Kini telah diretas mimpin menikmati air bersih dan layak guna, sekaligus meretas mimpi dan mengentaskan kemiskinan akan air bersih.

Kegembiraan tampak mewarnai rona kehidupan disana. Jelas seperti yang diutarakan, Saniah (45), adalah ibu rumahtangga yang memiliki 5 anak. Ia sangat bersyukur, rumahnya bisa tersambungkan dengan pipa air bersih yang dibantu Pemko Medan, PDAM Tirtanadi dan beberapa lembaga swadaya masyarakat. Masuknya saluran pipa air bersih dari PDAM Tirtanadi ini bagaikan anugerah Tuhan yang tak terpikirkan selama ini. Saking gembiranya, bahkan ibu paruh baya ini sudah merencanakan, kalau alat ukur meteran air yang terletak di depan rumahnya pun akan diberi kotak pelindung. ”Saya sangat bersyukur dan kewajibanku pula lah untuk merawat peralatannya, ini anugerah bagi keluarga kami”ungkapnya.

Saniah mengaku telah tinggal di kampung tersebut sejak berusia tiga bulan dan merupakan penghuni turun temurun dari keluarga nelayan di wilayah kawasan kumuh tersebut. Sejak itu pula, air bersih merupakan benda mahal dan sulit didapa selama menapak perjalanan hingga berumahtangga diri Saniah. “Saya biasanya harus mengeluarkan sekitar Rp 10 ribu sebulan. Itupun dengan antrian. Dengan uang itu, kami terpaksan mesti hemat menggunakan air,” ujar Saniah dengan mata berkaca-kaca.

Tapi, sekarang air bersih telah ada di dalam kehidupan rumah saya. Sungguh sesuatu yang tak bisa ia ungkapkan dengan kata-kata ketika air bersih itu mengalir jernih memenuhi beberapa ember di rumahnya. “Terima kasih sudah membantu kami, dan cukuplah kesulitan air bersih saya alami dan jangan lagi untuk anak saya” lanjutnya dengan sorot mata berbinar.

Ternyata Saniah tak sendiri menikmatinya, kegembiraan serupa juga diungkapkan oleh Siti Aisyah (36), warga Lingkungan Berjaya, Kelurahan Bagan Deli, Medan Belawan. Walau selama ini ia merupakan salah satu pengusaha air disana, tapi tak membuat dirinya kecil hati kehilangan penghasilan. Menurut Siti yang juga pengusaha air bersih sumur bor ini, mereka mulai bisa menggunakan air dari PDAM Tirtanadi sejak akhir Maret lalu, dan dirinya pun beralih profesi, tak lagi menjadi pengusaha air tapi membentuk kelompok masyarakat untuk mengutip tagihan pembayaran iuran air.

Selama ini, ia dan warga setempat menggunakan air bersih yang bersumber dari sumur bor di rumahnya. Ia menjual airnya ke tetangga dengan harga Rp 2.500 per setengah jam bila ditarik dengan tenaga listrik melalui selang air. Sebulan ia bisa menghasilkan sekitar Rp 800 ribu hingga Rp 1 juta dari jual air bersih. “Saya tak kecil hati kehilangan penghasilan karena ini salah satu mimpi berkepanjangan warga disini untuk mendapatkan air bersih. Karena walau pun air dari pemboran, tapi kualitas dan rasa air tetap payau dan tak enaklah untuk dinikmati,”katanya bersemangat.

Namun sejak bantuan air bersih perpipaan itu masuk ke kelurahan Bagan Deli, air dari sumur bor memang tidak lagi dijualnya.Kini sumur bornya hanya untuk kepentingan rumah tanganya. “Paling untuk kebutuhan sendiri saja, walau kehilangan hasil tapi kami bisa hidup bersih yang layak” kata Aisyah menambahkan.

Bantuan air bersih perpipaan untuk masyarakat miskin di Belawan berada di 3 kelurahan. Ketiga kelurahan tersebut antara lain adalah kelurahan Bagan Deli, Belawan Bahari dan Belawan Satu. Air bersih tersebut dikelola dengan berbasis partisipasi masyarakat aktif. Di mana, masyarakat pengelola yang tergabung di dalam Kelompok Masyarakat Pemakai Air (Pokmair) akan menanggungjawabi pengelolaan mulai dari meteran induk hingga ke rumah tangga. Untuk kebutuhan 3.543 sambungan rumah tangga miskin tersebut, setidaknya ada 26 pokmair yang terbentuk.

Seperti dikatakan Sodikun (51), salah satu Ketua Pokmair, kalau mereka hanya bertanggungjawab terhadap amannya salouran pipa air dari kerusakan dan juga perawatan meteran induknya. ”Jadi selain mengutip uang bulanan air, Pokmair juga bertanggung jawab terhadap seluruh kerusakan dan keberlangsungan pipa dari mulai meteran induk ke rumah,” kata Sodikun menegaskan. Sementara, sambungan pipa besar hingga ke meteran induk dan pemeliharaannya, tetap menjadi tanggung jawab dari PDAM Tirtanadi Medan.

Sebagai ketua kelompok, Sodikun bertanggung jawab atas lebih dari 100 kepala keluarga yang tersambungkan dengan air bersih dari PDAM Tirtanadi di Lingkungan 8, Jalan Serdang, Kelurahan Belawan Satu, Kecamatan Medan Belawan.

“Memang mengelola air bersih untuk masyarakat di lingkungan saya merupakan tugas yang memerlukan perhatian dan cukup menguras waktu,” jelas Sodikun. Tapi Sodikun cukup senang karena masyarakat di lingkungan tinggalnya bisa mendapatkan air bersih dengan murah.

”Sekarang kami lebih mudah dan nyaman untuk beribadah di rumah. Kalau dulu, untuk mengambil air wudhu pun susah karena air bersih memang sulit. Apa lagi kalau mati lampu, kadang sering jadinya tidak beribadah,” jelas Sodikun.

Kini warga di tiga kelurahan di kecamatan Medan Belawan ini telah meretas mimpinya dan hari-harinya telah diisi dengan hidup bersih dan layak menikmati air yang selama ini meeka dambakan. Paling tidak selain menikmati kehidupan bersih, meeka juga telah mengirit pengeluaran anggarannya. Tak lagi membeli air dan tak lagi membebani biaya listriknya. Tak ada lagi mimpi berkepanjangan.

Bambang Soedjiartono/Belawan.
Jakarta Post

Tidak ada komentar:

Posting Komentar